Membahas tentang kopi memang tidak akan ada habisnya. Terlebih ketika membahas tentang varietas berbagai tanaman kopi. Hingga saat ini saja terdapat 120 varietas kopi yang merupakan hasil reproduksi pohon kopi lainnya, dan sebanyak 15 varietas yang terkenal termasuk Liberika yang menyumbang kurang dari 2% kopi yang diproduksi secara komersial di seluruh dunia.
Kopi liberika, mungkin namanya asing bagi Kamu tetapi sebenarnya ini merupakan salah satu varietas kopi yang terkenal di dunia. Varietas ini dapat dengan mudahnya ditemukan di berbagai dataran rendah di Indonesia.
Banyaknya liberika di Indonesia memancing kita untuk mencari tahu sebenarnya apa yang dimaksud dengan kopi liberika? Apa saja karakteristiknya dan bagaimana cara penyajiannya? mari kita bahas!
Kopi liberika memiliki nama latin Coffea liberica var. Liberica. Tanaman kopi Liberika menghasilkan buah kopi yang lebih besar dan berbentuk tidak beraturan dibandingkan dengan tanaman Arabika.
Dalam beberapa kasus, Liberika bisa menjadi pengganti kopi arabika termasuk di Indonesia yang pada saat itu mengalami wabah penyakit karat daun yang menyebabkan Sebagian besar tumbuhan kopi Arabika tidak bisa menghasilkan kebutuhan pasar kopi arabika yang cukup.
Kopi liberika sebenarnya berasal dari Liberia di Afrika Barat. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa varietas kopi ini berasal dari sana. Selain di Liberia, tanaman kopi liberika ditemukan dapat tumbuh subur di berbagai wilayah Afrika Barat lainnya.
Di Indonesia sendiri sejarah dari kopi liberika berawal dari jaman kolonial BelKamu pada tahun 1878. Pada saat itu tanaman kopi liberika dibawa ke Indonesia guna untuk menggantikan tanaman kopi arabika yang mudah sekali terkena penyakit karat daun. Tapi pada tahun 1907 ternyata hal tersebut terjadi pada kopi liberika juga yang mengakibatkan pergantian liberika ke robusta.
Sekarang ini kopi liberika hanya terbatas bisa dibudidayakan di wilayah Asia seperti Indonesia, Filipina, dan juga Malaysia.
Liberika merupakan salah satu jenis kopi yang memiliki ciri dan cita rasa yang berbeda daripada varietas lainnya. Ini bisa dibuktikan dari perbedaan yang menyangkut ciri bijinya dan juga cita rasanya.
Dari segi bentuk, kopi liberika ini berbuah cukup besar dengan bentuk bulat hingga lonjong dengan panjang sekitar 18-30 mm. Liberika merupakan biji kopi yang paling besar daripada varietas lainnya.
Dari segi rasa, liberika memiliki aroma bunga dan buah, tetapi ketika dibuat menjadi kopi, memiliki rasa kayu yang kental dan tetap meninggalkan aroma yang kuat dengan rasa yang pahit.
Jika meniliknya dari kadar kafein, kopi liberika mempunyai kadar kafein yang lebih rendah daripada arabika dan robusta. Kadar kafeinnya sekitar 1,2% -2,4%. Uniknya lagi dari liberika adalah kadar asamnya yang tidak terlalu tinggi walaupun ditanam dalam tanah yang gambut.
Tumbuhan kopi liberika dapat dengan subur tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut. Permasalahan suhu tentu bukan jadi masalah besar karena bisa tumbuh baik di kisaran 27-30ºC pada curah hujan 1500-2500 mm per tahun.
Di suatu kondisi, mereka bisa tumbuh di ketinggian 2 meter di atas permukaan laut dan tumbuh subur di tanah yang gambut.
Pohon Liberica mulai berbuah hingga lima tahun setelah ditanam. Mereka tumbuh tinggi, dengan beberapa pohon memiliki ketinggian hingga 17 meter. Hal ini menjadi suatu tantangan yang sulit ketika memanennya.
Daun dan buah kopinya juga terlihat lebih besar dari pada tanaman arabika dan robusta. Daun Liberica dapat tumbuh selebar 30 cm dengan biji kopi yang besar.
Nah, ini pembahasan yang menarik, adalah masalah harga dari biji kopi liberika.
Pada dasarnya, memang harga dari kopi liberika ini di Indonesia memiliki harga yang lebih mahal sedikit daripada robusta dan tentunya di bawah arabika.
Dari berbagai sumber termasuk petani kopi Liberika yang ada di desa Mlatiharjo, Kendal. Harga kopi liberika untuk yang masih ada kulitnya ada di harga Rp 23 ribu sampai dengan 26 ribu per kilo-nya.
Untuk saat ini kopi liberika memang tidak banyak diperdagangkan di pasar internasional. Untuk sektor kopi tetap didominasi oleh Arabika sebanyak 70%, Robusta 28%, dan sisanya adalah jenis Liberika dan Excelsa.
Di wilayah Asia Tenggara, Liberika sangat disukai banyak konsumen yang berasal dari Negeri Jiran, Malaysia. Sebagian besar kopi liberika yang ada di Indonesia di ekspor ke Malaysia. Untuk sisanya dipasarkan secara lokal.
Dari beberapa penjelasan tentang kopi liberika beserta dengan ciri dan cita rasanya yang sudah disebutkan di atas. Penguasaan pasar yang tidak tinggi tetap saja masih ada peminatnya bukan?
Bisa ditarik kesimpulan jika kopi liberika memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan | Kekurangan |
Harga jual yang lebih tinggi daripada robusta | Ketinggian pohon membuat kesulitan petani saat memanennya |
Perawatan yang mudah untuk tanamannya dan dapat subur di tanah yang gambut | Pasar liberika jauh lebih rendah daripada arabika dan robusta |
Kadar kafein yang rendah | Rasa yang pahit dan ada meninggalkan cita rasa woody membuat kopi ini kurang diminati |
Varietas liberika walaupun tidak se-terkenal arabika dan juga robusta mereka memiliki sub varietas yang cukup dikenal di masyarakat yang dimana Kamu wajib untuk mencobanya sendiri cita rasa yang nikmat dari liberika seperti Excelsa, Duvrei, dan Ardoniana yang terkenal.
Kopi excelsa adalah spesies yang unik walaupun memang keberadaannya minim di pasar kopi global. Sedikit informasi yang tersedia tentang berapa banyak yang diperdagangkan, dipanggang, atau diseduh, karena hanya bergerak dalam jumlah yang sangat kecil.
Menurut informasi dari roaster yang bekerja dengan excelsa menyatakan bahwa excelsa menghasilkan aroma seperti beri dan buah, serta rasa seperti kayu dan popcorn saat pertama kali roasting. Saat hasil roasting menjadi semakin gelap, biji menghasilkan aroma lebih penuh dengan aroma coklat dan krim.
Varietas kopi liberika selanjutnya adalah duvrei. Duvrei memang tidak semenonjol excelsa karena terbukti jika Kamu mencari di berbagai sumber hampir tidak ada yang membahas tentang biji kopi jenis ini.
Padahal, duvrei memiliki cita rasa yang sangat tajam dan terkadang cocok untuk dicampur dengan susu untuk menutupi aroma tajam dan rasa pahitnya.
Ardoniana merupakan salah satu varietas liberika yang populer juga di pasar lokal Indonesia. Walaupun memang cita rasanya pahit sama seperti Duvrei, ardoniana bisa dikatakan cocok untuk Kamu gunakan menjadi espresso dan menjadi bahan untuk cappuccino.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) pada tahun 2014 sukses mencetak spesies kopi liberika dengan nama varietas “Libtukom”.
Liberika libtukom dikembangkan di Tanjung Jabung Barat, Jambi. Keunggulannya ialah tahan terhadap hama karat daun dan dapat ditanam di dataran rendah serta tanah gambut. Liberika libtukom memiliki kemiripan dengan excelsa, bedanya hanya di libtukom memiliki daging buah yang lebih tebal.
Kapeng Barako adalah liberika yang berasal dari negara Filipina. Kapeng barako memiliki bau yang kuat dan rasa yang khas. Sudah menjadi budaya inti di Filipina selama lebih dari dua ratus tahun.
Kapeng barako sekarang ini sedang berjuang untuk bisa menggaet pasar anak muda agar budaya minum kopi jenis ini dapat diturunkan ke generasi berikutnya.
Dari berbagai macam varian kopi liberika, tentu saja cara pembuatannya berbeda-beda. Memang bisa dilakukan dengan cara yang sama, tapi demi mendapatkan cita rasa yang lebih menonjol untuk setiap varietas, hal ini tentu harus diperhatikan.
Bagaimana resep membuat kopi liberikanya? Mudah bukan? Namun bagi Kamu yang memang ingin menyeduhnya secara instan tanpa harus melakukan proses yang panjang dari buah kopinya, Kamu bisa membelinya saja.
PT. David Roy Indonesia
© 2022