Kopi adalah salah satu biji tanaman yang olahannya bisa menciptakan minuman dengan berbagai macam kreasi dan juga berbagai macam cita rasa. Mereka memiliki penggemar sendiri dari berbagai macam belahan dunia, termasuk di Indonesia. Kopi bisa menjadi sebuah ciri khas dari daerah tertentu bahkan menjadi salah satu penopang sektor ekonomi mereka. Penjualan kopi di lokal dan internasional memang tidak perlu diragukan lagi.
Semakin menyebarnya kopi di berbagai belahan dunia, menciptakan pertanyaan yang mendasari setiap orang, “Kenapa ya ada minuman dari kopi ini? Kan ini dari biji buah bukan dari daging buah?”
Nah, bagi kamu yang penasaran, yuk kita simak sejarah kopi dari awal sampai perkembangannya hingga sekarang.
Jika mengulik lagi di berbagai sumber, kata kopi ini bisa dijelaskan dari dua teori. Dua teori tersebut memang menjadi perdebatan sengit sampai sekarang ini mengenai mana yang benar asal usul kata kopi.
Teori pertama adalah bahwa kata kopi berasal dari kata Arab ahwa, sebuah istilah yang diawali dengan “q” (qahwa), masih digunakan oleh orang Arab saat ini untuk menggambarkan minuman ini. Kopi secara harfiah menunjukkan anggur, roh atau, lebih umum, minuman dengan efek yang menggairahkan dan merangsang, juga cocok untuk tujuan pengobatan.
Istilah Arab qahwa (atau juga qawah) pada gilirannya dapat ditelusuri ke leksikologi dari kata kerja Arab qahā, yang berarti “kurang lapar”, sebuah properti yang dikaitkan dengan kopi. Tapi itu juga bisa ditelusuri ke kata benda Arab quwwa yang berarti “kekuatan, energi”, ciri khas lain dari minuman hitam kesayangan kita. Atau pada kata feminin qahwah yang berarti “pewarnaan gelap, gersang, asam”.
Teori kedua adalah bahwa kata kopi berasal dari istilah Ethiopia caffa (atau kaffa), dengan mengacu pada wilayah Kaffa di barat daya Ethiopia, yang dikenal sebagai tanah tempat tanaman kopi tumbuh subur di alam liar. Namun, itu juga bisa merujuk ke kota Kaffa, di mana minuman hitam disajikan pada ritual khusus dan dari sana diekspor hingga ke Arab pada periode abad pertengahan untuk tanaman kopinya sehingga banyak dikembangbiakkan di sana.
Tanaman kopi merupakan tumbuhan berkayu yang dapat tumbuh hingga setinggi 10 meter jika tumbuh di alam liar dalam bahasa latin, tanaman kopi disebut dengan coffea. Sebagian besar kopi dunia tumbuh di dalam Bean Belt, area di sekitar ekuator antara Tropics of Capricorn dan Cancer. Wilayah ini meliputi sebagian Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
Biji kopi berkembang di dalam “ceri” yang tumbuh dari tanaman ini. Padahal, istilah “biji kopi” itu menyesatkan; biji yang kita sangrai untuk membuat kopi sebenarnya adalah biji, bukan buahnya. Anda biasanya akan menemukan dua biji ini di dalam setiap buah seperti ceri dari tanaman kopi. Dan nantinya, biji itulah yang akan diolah, sehingga menjadi secangkir minuman kopi yang selama ini kamu nikmati.
Tumbuhan ini tersebar di berbagai negara, dan setiap negara memiliki genus tumbuhan yang berbeda-beda, tergantung jenis kopi apa yang sekiranya cocok untuk di tanam di wilayah negara tersebut.
Penyebaran biji kopi memang tidak bisa diketahui secara jelas mana yang benar dan mana yang salah. Tapi, yang jelas kopi telah menempuh perjalanan jauh dari daerah asalnya. Pada abad ke-16, kopi telah mencapai setidaknya seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, Turki, India Selatan, dan Eropa. Banyak orang yang menyebutkan bahwa Ottoman memperbudak tawanan perang membuat kopi di Malta setelah Pengepungan Besar Malta gagal pada tahun 1565.
Tak lama setelah itu, kota pedagang kaya yaitu Venesia mulai mengimpor biji kopi dari Mesir dan menjadikannya minuman yang paling diminati elit Venesia. Orang Prancis mencoba mengambil untung dari kerja paksa untuk memproduksi kopi di koloni Saint-Domingue (Haiti) mereka, tetapi proyek mereka segera dihentikan oleh revolusi Haiti yang menyebabkan kemerdekaan negara tersebut.
Bagaimana? Kalau masuk ke Indonesia sendiri? Tentu saja ada campur tangan dari negara lain, yaitu Belanda pada saat itu di tahun 1696 saat mereka berhasil menduduki wilayah Nusantara pada saat itu. Tumbuhan kopi lalu ditanam di beberapa tanah Jawa. Dan pada saat itu, mereka membawa kopi dengan jenis arabika dari Malabar, India. Dan akhirnya dimulai budidaya kopi pertama oleh kompeni di Kedawung, sebuah daerah agrikultur dekat Batavia.
Dan sampai sekarang ini, banyak sekali spesies biji kopi yang tersebar di berbagai belahan dunia dan memiliki ciri khasnya masing-masing.
Jadi, selama penyebaran biji kopi termasuk perdagangannya, sampai sekarang ada tiga jenis biji kopi yang menguasai pasar kopi dunia. Yaitu Arabika, Robusta, dan juga Liberika. Persentasenya sangat anjlok, di mana Arabika adalah penguasa pasar kopi dunia sebanyak 80%. Sisanya? Robusta dan Liberika.
Arabika bisa dikatakan sebagai spesies kopi pertama yang dibudidayakan oleh petani dan kadang-kadang disebut sebagai kopi gunung. Bijinya berbentuk lonjong, pipih, gelap dan berminyak. Arabika adalah yang paling halus dan mahal untuk dibudidayakan karena sangat dipengaruhi oleh lingkungannya dan rentan terhadap penyakit. Jenis biji kopi ini tumbuh di dataran tinggi, khususnya di daerah yang selalu menerima curah hujan dan banyak pepohonan yang rindang.
Jenis biji kopi ini menempati urutan kedua setelah Arabika sebagai kopi yang paling banyak diproduksi di dunia. Menduduki posisi sebagai pemain terbesar kedua di pasar kopi sekarang. Bijinya berbentuk bundar, pucat dan kering. Biji Robusta jauh lebih mudah ditanam dan dibudidayakan sehingga digunakan dalam produk kopi instan 3-in-1.
Robusta sangat toleran terhadap lingkungannya dan otomatis menjadi kebal terhadap penyakit karena dapat bertahan di berbagai ketinggian. Robusta mengandung lebih banyak keasaman dan kafein dibandingkan dengan jenis kopi lainnya.
Jadi, bagaimana dengan jenis biji kopi Liberika? Liberika adalah buah kopi besar yang ditandai dengan aroma cokelat hitam berasap, pedas, saat dipanggang atau diseduh. Bijinya asimetris dan hampir berbentuk almond dan seperti tetesan air mata yang memiliki aroma yang luar biasa. Biji Liberika adalah satu-satunya biji kopi di dunia yang memiliki bentuk tidak beraturan.
Spesies ini memiliki rasa yang pekat, spicy, di mana tidak semua orang toleransi terhadap rasanya. Liberika bisa tumbuh hingga 20 meter, relatif lebih tinggi dari Arabika dan Robusta. Melangkah mundur ke masa lalu, Liberica mendekati kepunahan karena hampir tidak dibudidayakan secara luas. Rasanya penuh dan sedikit berasap, dikenal sebagai kopi dengan polarisasi tinggi.
Bagaimana rasa dan aroma kopi? Oke, memang kalau rasa dari kopi yang jelas adalah pahit. Tapi ada beberapa point yang menentukan perbedaan rasa dan aroma kopi. Apa saja point tersebut? sudah jelas adalah spesies, region atau daerah tanamnya, dan juga bagaimana pengolahan biji kopinya.
Seperti yang kita tahu, bahwasannya spesies dari tanaman kopi ini sangat beragam di dunia. pada umumnya, yang menguasai pasar kopi di dunia ada 3 yang sudah disebutkan di atas. Mereka memiliki rasa dan aroma kopi yang berbeda-beda. Itu tergantung selera kamu memilih mana yang sesuai dengan selera.
Salah satu faktor rasa dan aroma kopi adalah di mana tumbuhan kopi tersebut berasal. Fun fact, setiap biji kopi Arabika contohnya, jika yang satu berasal dari Indonesia dan yang satunya berasal dari Afrika, keduanya memiliki aroma yang berbeda dan juga cita rasa yang berbeda juga.
Yang terakhir, sudah jelas rasa dan aroma kopi bisa terpengaruh dari bagaimana cara pengolahannya. Umumnya, ada dua cara pengolahan biji kopi pasca panen, yaitu dengan cara kering dan juga cara basah. Kedua pengolahan biji kopi itu menimbulkan rasa dan aroma kopi yang berbeda. Sampai produk jadinya pun, beragam bukan? Mulai dari espresso, cappuccino, latte, dan masih banyak lagi.
Menikmati secangkir kopi yang nikmat di sore hari sembari melihat senja ternyata prosesnya tidak segampang itu. Secangkir kopi ini bisa dihasilkan melalui proses yang panjang dan penuh ketelatenan dalam prosesnya.
Olahan minuman kopi sebenarnya berasal dari biji kopi. Saat dikeringkan, dipanggang, dan digiling, digunakan untuk menyeduh kopi. Jika bijinya tidak diolah, bisa ditanam dan tumbuh menjadi pohon kopi.
Bibit kopi umumnya ditanam di bedengan besar di pembibitan yang teduh. Bibit akan sering disiram dan dilindungi dari sinar matahari yang cerah sampai cukup sehat untuk ditanam secara permanen. Penanaman sering dilakukan pada musim hujan, agar tanah tetap lembab dan akar-akarnya kokoh.
Bergantung pada varietasnya, diperlukan waktu sekitar 3 hingga 4 tahun agar pohon kopi yang baru ditanam dapat berbuah. Buahnya, yang disebut ceri kopi, berubah menjadi merah cerah dan tua saat sudah matang dan siap dipanen.
Di sebagian besar negara, panen dipetik dengan tangan. Walaupun memang sekarang ini di era modern banyak menggunakan mesin, tapi mereka tetap mempertahankan bagaimana memetik buahnya secara teliti.
Setelah kopi dipetik, pemrosesan harus dimulai secepat mungkin untuk mencegah pembusukan buah. Bergantung pada lokasi dan sumber daya setempat, kopi diproses dengan salah satu dari dua cara berikut:
Adalah metode pengolahan kopi kuno, dan masih digunakan di banyak negara di mana sumber daya air terbatas. Ceri yang baru dipetik hanya disebarkan di permukaan besar untuk dijemur di bawah sinar matahari.
Dengan menghilangkan ampas dari ceri kopi setelah dipanen sehingga biji dikeringkan hanya dengan kulit perkamen yang tersisa. Pertama, ceri yang baru dipanen dilewatkan melalui mesin pengupas untuk memisahkan kulit dan ampas dari bijinya.
Kemudian biji dipisahkan berdasarkan beratnya saat melewati saluran air. Biji yang lebih ringan mengapung ke atas, sedangkan biji matang yang lebih berat tenggelam ke dasar. Mereka dilewatkan melalui serangkaian drum berputar yang memisahkannya berdasarkan ukuran.
Setelah dipisahkan, biji diangkut ke tangki fermentasi besar berisi air selama 12 sampai 48 jam untuk menghilangkan lapisan licin mucilage (disebut parenkim) yang masih menempel pada perkamen. Saat berada di dalam tangki, enzim alami akan menyebabkan lapisan ini larut.
Setelah proses pengolahan, langkah selanjutnya adalah melakukan roasting atau memanggangnya. Roasting berguna untuk mengubah kopi hijau menjadi biji coklat aromatik yang kita beli di toko atau kafe favorit kita. Sebagian besar mesin pemanggang mempertahankan suhu sekitar 290 derajat Celcius. Biji kopi terus bergerak selama seluruh proses agar tidak gosong.
Setelah proses roasting selesai, dan biji kopi sudah mulai hangat, dilakukan yang namanya penggilingan. Tujuan dari penggilingan yang tepat adalah untuk mendapatkan rasa paling banyak dalam secangkir kopi. Seberapa kasar atau halus kopi yang digiling tergantung pada metode ekstraksi.
Lamanya waktu gilingan akan bersentuhan dengan air menentukan kualitas gilingan yang ideal Umumnya, semakin halus gilingan, semakin cepat kopi siap dihidangkan. Itu sebabnya bubuk kopi untuk mesin espresso jauh lebih halus daripada kopi yang diseduh dengan sistem infus seperti V60 atau Vietnam Drip.
Baca Juga: Kopi Hitam : Kenali Jenisnya dan Cara Menyajikannya
Dan terakhir, adalah ekstraksi atau penyeduhan. Bebas mau bagaimana proses penyeduhan yang diinginkan. Mau dibuat espresso, mau dibuat V60, atau bahkan kopi tubruk, yang jelas adalah penggilingan yang tepat menciptakan proses ekstraksi yang sempurna.
PT. David Roy Indonesia
© 2022